Revolusi Transportasi di Tanah Jambi: Dari Kota Padat Menuju Kota Zero Emission Berkat Trans Bahagia
Oleh Moch.Idris
Jurnalis Zonabrita
Rabu, 29 Okotober 2025
Sebagai jurnalis yang sehari-hari menyaksikan hiruk pikuk Kota Jambi, saya telah lama merasakan denyut masalah yang sama: kepadatan lalu lintas dan udara yang kian menantang. Namun, pada Jumat malam yang bersejarah itu, di tengah semarak Tugu Keris Siginjai, saya melihat sebuah secercah harapan. Ini bukan sekadar peluncuran angkutan umum biasa, ini adalah babak baru yang akan mengubah wajah transportasi kota kami selamanya.
Inilah kisah tentang bagaimana Kota Jambi, di bawah kepemimpinan Wali Kota Dr. dr. H. Maulana, MKM, berani mencetak sejarah sebagai kota pertama di Indonesia yang menghadirkan Angkot Feeder Listrik berbasis layanan Buy The Service (BTS) sebuah inovasi yang diberi nama indah: “Trans Bahagia.”
Saya ingat jelas bagaimana Wali Kota Maulana selalu menekankan satu hal dalam berbagai kesempatan: ciri kota maju adalah transportasi publik yang mumpuni. Bagi beliau, kehadiran armada listrik ini adalah sebuah ‘panggilan darurat’ sebelum Jambi terperangkap dalam kemacetan total, seperti yang dialami banyak kota besar lain di Indonesia.
“Pertumbuhan kendaraan tidak sebanding dengan pelebaran jalan,” tegasnya, mencerminkan kekhawatiran yang kami para warga Jambi rasakan setiap pagi. Gagasan beliau sederhana namun revolusioner: mengubah gaya hidup masyarakat Jambi agar beralih menggunakan angkutan umum yang tidak hanya efisien, tetapi juga ramah lingkungan.
Inovasi ini lahir dari sebuah komitmen strategis Pemkot Jambi: membangun kota yang modern, bersih, dan terintegrasi. Dengan memilih teknologi listrik, Bapak Wali Kota secara tegas memilih jalur keberlanjutan. Armada ini beroperasi tanpa emisi, sunyi, dan elegan sebuah kontras yang menyenangkan dari angkutan konvensional yang bising dan berpolusi.
Yang membuat kisah ini begitu monumental adalah skema Buy The Service (BTS) yang dipadukan dengan Angkot Feeder Listrik. Ini bukan sekadar membeli unit bus; ini adalah model bisnis yang menjamin kualitas layanan.
Melalui skema BTS, pemerintah membeli layanan dari operator, yang berarti operator wajib menjaga frekuensi, kebersihan, dan ketepatan waktu armada. Sementara itu, kehadiran Angkot Feeder Listrik memastikan bahwa layanan Trans Bahagia mampu menembus lorong-lorong perumahan, mengatasi masalah last-mile connectivity. Jambi kini memiliki sistem transportasi yang cerdas: Bus Listrik sebagai tulang punggung dan Angkot Feeder Listrik sebagai urat nadinya. Saya merasa bangga, sebagai warga Jambi, kota kami kini menjadi benchmark bagi kota-kota lain di Tanah Air.
Kehadiran Trans Bahagia adalah sebuah gelombang perubahan yang dampaknya meluas jauh melampaui jalan raya. Saya melihatnya sebagai tiga pilar utama yang akan menopang masa depan Kota Jambi.
Bagi saya, kontribusi terbesar dari inovasi Bapak Wali Kota Maulana ini adalah warisan lingkungan. Setiap armada listrik yang beroperasi adalah janji untuk generasi mendatang. Bayangkan: tidak ada lagi asap hitam, tidak ada lagi gas beracun (NO_x, SO_2) yang merusak paru-paru. Kota Jambi akan menikmati udara yang lebih segar dan bersih, yang secara langsung berdampak pada kesehatan pernapasan warganya, mengurangi risiko penyakit terkait polusi. Bus listrik juga dikenal minim kebisingan. Ini akan mengurangi polusi suara di perkotaan, menciptakan lingkungan yang lebih tenang dan nyaman bagi penghuni. Ini adalah perwujudan nyata dari konsep “Kota Jambi Bahagia” kebahagiaan yang didukung oleh lingkungan yang sehat dan tenang. Kota Jambi kini secara aktif mengurangi jejak karbonnya, selaras dengan cita-cita besar Indonesia menuju Net Zero Emission.
Maulana tidak hanya melihat transportasi sebagai alat pindah tempat, tetapi sebagai katalisator ekonomi. Ia memastikan rute Trans Bahagia terkoneksi dengan 11 kawasan wisata dan sentra ekonomi kreatif yang sedang dikembangkannya.
Dengan tarif yang diupayakan tetap terjangkau (bahkan digratiskan hingga akhir 2025!), angkutan ini akan membanjiri sentra UMKM dengan pelanggan dan wisatawan. Ini adalah strategi win-win yang brilian: transportasi efisien mendorong pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi menopang keberlanjutan layanan transportasi itu sendiri. Saya melihat potensi besar bagi pedagang kecil di sekitar Tugu Keris Siginjai hingga Ancol.
Secara sosial, Trans Bahagia membawa standar pelayanan yang baru. Model BTS menuntut operator memberikan layanan prima. Armada bersih, ber-AC, aman, dan tepat waktu. Hal ini krusial: mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap angkutan umum.
Keberhasilan program ini akan mengubah cara pandang warga Jambi. Ketika transportasi publik nyaman dan andal, masyarakat secara alami akan mengurangi ketergantungan pada sepeda motor dan mobil pribadi. Inilah cara paling efektif yang saya saksikan untuk mengurai kemacetan: bukan dengan memperlebar jalan, tetapi dengan menyediakan alternatif yang lebih baik.
Peresmian yang saya liput beberapa waktu lalu bukanlah garis akhir, melainkan sebuah lonceng yang menandakan dimulainya era baru di Jambi. Visi Wali Kota Maulana menjangkau lebih jauh; ia berjanji akan terus menambah armada. Ini menunjukkan keseriusan dan komitmen jangka panjang.
Jambi Cerdas, Bersih, dan Layak Huni itulah cita-cita yang kini mulai terwujud. Kolaborasi antara Pemkot, operator, dan Bank Indonesia menjadi bukti bahwa inovasi besar membutuhkan sinergi banyak pihak.
Sebagai seorang jurnalis, saya merasa berkewajiban untuk tidak hanya melaporkan fakta, tetapi juga menginspirasi. Kisah Trans Bahagia adalah bukti bahwa kota di luar Jawa pun mampu memimpin inovasi nasional, bahkan dalam sektor yang sangat vital seperti transportasi. Jambi telah membuktikan bahwa dengan visi kepemimpinan yang kuat dan keberanian mengadopsi teknologi hijau, kami bisa membangun kota impian.
Inilah kisah revolusi transportasi yang tengah berlangsung di Jambi. Sebuah kisah yang harus terus kita kawal dan nikmati bersama sebuah kisah tentang harapan, lingkungan yang terjaga, dan kebahagiaan warga kota. (Red)

















