Puan Maharani: Gunakan Kritik Sebagai Wadah untuk Menyadarkan Penguasa

Puan Maharani pada Acara Pidato Kenegaraan Peringatan HUT ke-80, Gunakan Kritik Sebagai Wadah untuk Menyadarkan Penguasa

Zonabrita.com – Ketua DPR RI, Puan Maharani, menekankan pentingnya peran kritik sebagai wadah untuk menyadarkan para penguasa dalam pidato kenegaraan Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia. Dalam acara yang berlangsung di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Puan Maharani menyampaikan bahwa pemerintah dan seluruh elemen bangsa harus bersatu membangun Indonesia yang lebih baik, namun tanpa mengabaikan suara-suara kritis dari rakyat.

Dalam demokrasi rakyat harus memiliki ruang yang luas untuk berserikat, berkumpul menyatakan pendapat dan menyampaikan kritik, ujarnya.

“Kini Kritik rakyat hadir kreatif dan memanfaatkan kemajuan teknologi, ususnya media sosial sebagai corong suara publik. Ungkapan tersebut dapat berupa kalimat singkat seperti, “kabur saja dulu” sindiran tajam Indonesia Gelap, lelucon politik negara konoha, hingga simbol-simbol baru seperti bendera One Piece dan banyak lagi yang menyebar luas diruang digital” paparnya.

Fenomena ini menunjukkan bahwa aspirasi dan keresahan rakyat, kini disampaikan dengan bahasa zaman mereka sendiri, bagi para pemegang kekuasaan semua suara rakyat yang kita dengar bukanlah sekadar kata atau gambar. Dibalik setiap kata ada pesan, dibalik setiap pesan ada keresahan dan dibalik keresahan itu ada harapan.

Karena itu yang dituntut dari kita semua adalah kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang tidak hanya mendengar, tetapi juga memahami, Kebijaksanaan untuk tidak hanya menanggapi’ tetapi merespon dengan hati yang jernih dengan pikiran yang terbuka. Kita semua berharap apapun bentuk dan isi kritik yang disampaikan rakyat tidak boleh menjadi bara yang membakar persaudaraan Indonesia, ungkapnya.

“Kritik tidak boleh menjadi api yang memecah belah bangsa, sebaliknya kritik pun seharusnya menjadi cahaya yang menerangi jalan kita bersama.

“Gunakanlah ruang kritik itu sebagai sarana untuk Menyadarkan Penguasa, memperbaiki kebijakan, menuntut tanggung jawab dan mendorong kemajuan bagi seluruh anak bangsa” Jum’at (15/8/3025)

​”Kritik bukan semata-mata caci maki. Kritik adalah cermin, kritik adalah wadah untuk menyadarkan para penguasa. Dengarkanlah kritik dari rakyat, karena di balik setiap kritik, ada harapan untuk perbaikan,” ujar Puan di hadapan para anggota DPR, DPD, MPR, serta tamu kehormatan lainnya.

."width="300px"

​Dalam pidatonya, Puan juga menyoroti capaian-capaian Indonesia di usianya yang ke-80. Namun, ia mengingatkan agar euforia perayaan tidak membuat lengah. Ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk melihat dengan jernih tantangan yang masih dihadapi, mulai dari isu ekonomi, sosial, hingga penegakan hukum.
​”Delapan puluh tahun kemerdekaan adalah momentum untuk introspeksi. Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah cita-cita para pendiri bangsa sudah sepenuhnya kita wujudkan? Apakah kita sudah hadir untuk seluruh rakyat Indonesia?” lanjutnya.

​Pidato Puan Maharani ini disambut tepuk tangan meriah oleh hadirin. Pidato tersebut dinilai sebagai pengingat bagi seluruh pejabat negara, terutama di tengah tahun politik yang kerap diwarnai dengan perbedaan pandangan. Puan Maharani juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau golongan.(*)