Didemo Pelaku Usaha Wisata, Dedi Mulyadi: Yang Dilarang Itu Study Tour, Bukan Pariwisata

Zonabrita.com – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menanggapi demonstrasi yang dilakukan oleh para pelaku usaha pariwisata di Gedung Sate, Bandung, yang menuntut pencabutan larangan kegiatan study tour sekolah.

Sebelumnya Para pendemo menuntut pencabutan Surat Keputusan (SK) Larangan Study Tour, yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, Dedi menyebut bahwa demo tersebut sempat menyebabkan kemacetan dan blokade jalan di jembatan Pasupati.

Ia menegaskan bahwa peserta aksi mayoritas berasal dari sektor pariwisata seperti penyelenggara travel, pengusaha bus, hingga sopir bus wisata.

Pernyataan tersebut disampaikan melalui video di akun media sosial pribadinya, @dedimulyadi71 Selasa, (22/7/2025)

Dedi Mulyadi menegaskan bahwa dirinya tetap menolak mencabut Surat Keputusan (SK) larangan study tour yang diberlakukan di seluruh wilayah Jawa Barat.

“Kemarin ada demonstrasi di Gedung Sate, bahkan sampai memblokade Jembatan Pasopati. Mereka adalah para pelaku jasa usaha kepariwisataan penyelenggara travel, sopir bus, dan pengusaha bus yang mendesak saya untuk mencabut SK larangan study tour,” ungkap Dedi.

Dedi menjelaskan bahwa larangan tersebut tidak dimaksudkan untuk mematikan industri pariwisata, tetapi hanya mengatur kegiatan study tour sekolah yang dinilai memberatkan orang tua dan sering kali menyimpang dari tujuan pendidikan.

."width="300px"

“Yang protes itu para pelaku pariwisata. SK saya jelas: yang dilarang adalah kegiatan study tour, bukan pariwisata secara umum,” tegasnya.

Menurut Dedi, aksi demonstrasi justru memperlihatkan bahwa kegiatan study tour selama ini lebih condong menjadi kegiatan piknik atau rekreasi, bukan kunjungan edukasi.

Bisa dibuktikan, yang berdemonstrasi adalah para pelaku jasa pariwisata. Bahkan, demonstrasi ini juga mendapat dukungan dari asosiasi Jeep di Yogyakarta, khususnya yang beroperasi di kawasan wisata Gunung Merapi. Jadi, bukan hanya dari Jawa Barat, tetapi juga pelaku wisata dari luar daerah ikut terlibat,” tambahnya.

Dedi Mulyadi menegaskan bahwa kebijakan ini dibuat untuk melindungi orang tua siswa dari beban biaya tambahan yang seringkali tidak relevan dengan kebutuhan pendidikan.

“Insya Allah, Gubernur Jawa Barat akan tetap berkomitmen menjaga ketenangan orang tua siswa agar tidak terlalu banyak pengeluaran biaya di luar kebutuhan pendidikan. Sikap saya akan tetap berpihak pada kepentingan rakyat banyak, menjaga kelangsungan pendidikan, serta mengefisienkan biaya yang tidak berkaitan dengan pendidikan karakter maupun pertumbuhan pendidikan Panca Waluya,” jelasnya.

Ia menambahkan, industri pariwisata tetap bisa tumbuh tanpa ketergantungan pada kegiatan study tour.

Semoga industri pariwisata bisa tumbuh dan dikunjungi oleh wisatawan mancanegara atau wisatawan domestik yang benar-benar memiliki kemampuan ekonomi. Bukan oleh masyarakat berpenghasilan pas-pasan yang terpaksa ikut study tour karena tekanan sosial, misalnya malu jika tidak ikut,” pungkasnya.(*)