Wapres AS Tegaskan Tidak Ada Rencana Akui Negara Palestina
Zonabrita.com – Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat JD Vance menegaskan bahwa pemerintah AS tidak memiliki rencana untuk mengakui negara Palestina. Dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy di Chevening House, Inggris, Vance menyatakan bahwa pengakuan tersebut tidak mungkin dilakukan karena tidak adanya pemerintahan yang fungsional di Gaza .
Dalam pernyataannya, Vance menjelaskan bahwa pengakuan terhadap negara Palestina harus melalui proses negosiasi langsung antara Israel dan Palestina. “Posisi kami tidak berubah,” ujar Wapres Vance. “Solusi dua negara adalah jalur yang kami dukung, namun pengakuan sepihak bukanlah langkah yang tepat saat ini. Itu harus menjadi hasil dari perundingan yang substantif.” Melansir dari India Today, Sabtu, 9 Agustus 2025.
Hambatan Pemerintahan Gaza
Vance secara khusus menyoroti kondisi di Jalur Gaza sebagai salah satu hambatan utama. Ia menyebut bahwa saat ini tidak ada pemerintahan di Gaza yang dapat dianggap fungsional atau representatif. Menurutnya, Hamas yang menguasai Gaza tidak memiliki legitimasi untuk memimpin, dan situasi ini mempersulit upaya untuk membangun fondasi negara yang stabil. “Pemerintah yang fungsional dan bertanggung jawab adalah prasyarat dasar bagi sebuah negara,” tegas Vance. “Saat ini, di Gaza, prasyarat itu tidak terpenuhi.”
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya tekanan global terhadap Israel dan seruan dari beberapa negara untuk mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Spanyol, Irlandia, dan Norwegia adalah beberapa negara yang telah mengambil langkah tersebut baru-baru ini. Namun, AS, yang merupakan sekutu terdekat Israel, tetap teguh pada pendiriannya.
Reaksi dan Konsekuensi
Keputusan AS ini diperkirakan akan memicu berbagai reaksi. Di satu sisi, Israel menyambut baik sikap AS, yang sejalan dengan posisi mereka. Di sisi lain, para pemimpin Palestina dan negara-negara pendukungnya kemungkinan akan merasa frustrasi dengan sikap AS, yang mereka anggap menghambat terwujudnya perdamaian.
Beberapa analis politik menilai bahwa sikap AS ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan regional dan memberikan waktu bagi tercapainya kesepakatan yang lebih komprehensif di masa depan. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa pendekatan ini justru memperpanjang konflik dan melemahkan posisi Palestina dalam perundingan.
Meskipun demikian, Vance menutup pernyataannya dengan menegaskan kembali komitmen AS untuk terus bekerja sama dengan semua pihak guna mencari solusi damai yang adil dan berkelanjutan bagi rakyat Israel dan Palestina.(*)