Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi Kunci Kemandirian Fiskal Daerah, Ciptakan MPE 2,3 Kali Lipat
Zonabrita.com – Guru Besar UIN STS Jambi, Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd., menegaskan bahwa pembangunan Pelabuhan Peti Kemas di Muaro Jambi adalah langkah strategis untuk memperkuat fondasi ekonomi daerah dan menciptakan Multi Player Effect (MPE) yang masif. Prof. Latif memproyeksikan, jika dikelola secara profesional, pelabuhan ini berpotensi menyumbang hingga Rp700 miliar atau setara 3-5% terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jambi.
Pernyataan ini disampaikan Latif pada Minggu (2/11/2025), menekankan bahwa proyek ini bukan sekadar infrastruktur, melainkan instrumen fiskal penting dalam kerangka otonomi daerah.
Prof. Latif menjelaskan, posisi Jambi yang berada di jalur tengah Sumatra menjadikannya simpul logistik potensial. Dengan memanfaatkan Sungai Batanghari, Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi diharapkan mampu memperluas revenue base dan meningkatkan kapasitas fiskal provinsi.
”Beberapa studi menunjukkan, pelabuhan peti kemas mampu berkontribusi antara 3–7% terhadap APBD daerah. Sebagai contoh, Tanjung Priok di Jakarta menyumbang lebih dari 6% PAD provinsi. Artinya, Muaro Jambi memiliki potensi besar untuk meniru pola ini dan menciptakan efek berganda ekonomi yang besar,” ujar Latif, merujuk pada studi seperti Husaini (2023).
Konsep pembangunan peti kemas ini didasarkan pada prinsip efisiensi logistik dan penciptaan MPE. Mengutip studi UNCTAD (2021), Prof Latif memaparkan bahwa setiap investasi sebesar Rp1 triliun di sektor pelabuhan dapat menumbuhkan aktivitas ekonomi tambahan sebesar Rp1,8 hingga Rp2,3 triliun. Ini berarti multiplier effect pelabuhan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) lokal bisa mencapai 2,3 kali lipat.
“Efek ini akan menjalar ke berbagai sektor, mulai dari transportasi darat, gudang, asuransi, perhotelan, hingga sektor kuliner dan wisata di sekitar pelabuhan,” jelasnya, menambahkan bahwa kontribusi rata-rata pelabuhan dunia terhadap ekonomi nasional berada di kisaran 3–7%, sesuai data World Port Index (2022).
Secara fungsional, Pelabuhan Muaro Jambi memiliki tiga fungsi strategis: Efisiensi Logistik, Ekonomi Regional, dan Daya Saing Ekspor. Khusus pada aspek ekonomi regional, Latif mengutip laporan OECD (2022) yang menyebutkan bahwa setiap 1.000 TEUs kontainer yang dikelola akan menghasilkan 4–6 lapangan kerja langsung dan 15–20 pekerjaan tidak langsung.
Dengan asumsi kapasitas Muaro Jambi mencapai 100.000 TEUs per tahun, proyeksi terciptanya lapangan kerja baru mencapai sekitar 2.000 pekerjaan langsung dan lebih dari 5.000 pekerjaan tidak langsung. Angka ini diharapkan mampu menekan angka pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal
Pemerintah Provinsi Jambi telah menyiapkan dasar hukum melalui Peraturan Gubernur Jambi Nomor 15 Tahun 2022 tentang Rencana Induk Transportasi Daerah. Regulasi ini menekankan integrasi sistem logistik darat, laut, dan sungai.
Program “Jambi Terkoneksi 2024–2029” direncanakan sebagai langkah lanjutan untuk membentuk simpul ekonomi baru berbasis pelabuhan. Simulasi ekonomi Bappeda Jambi (2024) memperkirakan setiap Rp1 triliun investasi pelabuhan akan menumbuhkan Rp700 miliar aktivitas ekonomi turunan, dengan multiplier sekitar 1,7 kali.
”Dari perspektif fiskal, putaran uang yang meningkat akan memperbesar basis pajak daerah dan mempercepat pertumbuhan Kawasan Ekonomi Baru (KEB). Pelabuhan ini adalah ‘motor ekonomi’ baru di kawasan tengah Sumatra,” tegas Prof. Latif.
Prof. Dr. Mukhtar Latif menyimpulkan, pembangunan Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi adalah kunci kemandirian ekonomi Jambi. Dengan membandingkan pada keberhasilan pelabuhan internasional dan nasional (Rotterdam, Singapura, Tanjung Priok), pelabuhan Muaro Jambi tidak hanya akan melayani arus barang ekspor (sawit, karet, kopi) dan impor, tetapi juga menggerakkan denyut kesejahteraan masyarakat di Sumatra Tengah. (Red)















