Menkomdigi Meutya Hafid: Jaga Arah Moral dan Etika di Tengah Laju Teknologi AI

Menkomdigi Ajak Generasi Muda Menjaga Nilai Kemanusiaan di Era AI (foto Menkomdigi)

Zonabrita.com – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mendesak generasi muda Indonesia agar tidak hanya mahir memanfaatkan teknologi, tetapi juga memastikan setiap penerapannya tetap berlandaskan pada nilai kemanusiaan, empati, dan etika. Meutya menyampaikan pesan penting ini saat memberikan orasi ilmiah pada Wisuda ke-99 Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) di Nusa Dua, Bali, pada Senin (3/11).

Menkomdigi menekankan bahwa laju perkembangan kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) membawa perubahan masif dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, kemajuan teknologi ini wajib diimbangi dengan upaya menjaga arah moral dalam proses digitalisasi.

​“Saya mengingatkan tentang nilai-nilai, dan saya rasa Bali menjadi tempat yang paling tepat untuk menyampaikan ini. Ketika teknologi secanggih dan secepat kecerdasan artifisial hadir, kita harus menjaga agar tidak kehilangan arah moral,” ujar Meutya Hafid.

Ia menjadikan Bali, dengan tradisi dan budaya saling menghormatinya, sebagai simbol penting bahwa teknologi wajib berjalan bersama etika. “Teknologi harus kita jalankan dengan berempati dan beretika. Teknologi tercipta untuk membantu manusia, bukan untuk menjadi penguasa atas manusia,” lanjutnya.

Meutya mempertegas bahwa manusia mesti tetap berada di posisi memimpin, bukan justru dikendalikan oleh perkembangan sistem teknologi yang kian pintar. “Karena teknologinya pintar, maka kita juga harus lebih pintar. Kita harus terus meningkatkan kapasitas diri. Jangan berhenti belajar, beradaptasi, dan berinovasi,” tegasnya.

Selain soal etika, Meutya juga menyoroti peluang ekonomi luar biasa yang dibawa oleh perkembangan transformasi digital di Indonesia. Nilai ekonomi digital nasional telah mencapai lebih dari USD90 miliar dan diproyeksikan meningkat hingga USD360 miliar pada tahun 2030.

​Meutya menyebutkan bahwa potensi sebesar itu sangat ditentukan oleh kemampuan generasi muda dalam mengambil peran aktif di dalamnya. “Potensi sebesar itu hanya terwujud kalau anak muda terlibat aktif. Kalau kalian ikut membangun, maka masa depan kalian juga ikut naik,” ujarnya.

Mengutip laporan World Economic Forum, Menkomdigi menjelaskan bahwa pada tahun 2030, diperkirakan akan lahir 170 juta pekerjaan baru, meskipun 92 juta pekerjaan lama akan tergantikan oleh otomatisasi. Karena itu, ia mendorong para lulusan untuk tidak gentar menghadapi perubahan yang dibawa oleh teknologi.

​“Akan ada pekerjaan yang hilang, iya. Tapi tercipta lebih banyak pekerjaan baru. Jangan takut pada AI. Kita harus adaptif dan mampu membaca peluang,” tutup Meutya.

Sumber: infopublik