Menjembatani High Couture dan Etika: Jalan Batik Jambi Menuju Kompetitor Estetika Global

Batik Jambi Oleh Prof. Dr. Mukhtar Latif, MPd (Foto Istimewa)

Zonabrita.com – Batik, yang diakui UNESCO sebagai Mahakarya Warisan Budaya Lisan dan Tak Benda Kemanusiaan, kini telah bertransformasi dari kerajinan regional menjadi tren tekstil global. Era digital mempercepat elevasi ini, mengubah Batik menjadi jembatan antara fesyen kelas atas (high couture) dengan gerakan pengadaan etis dan berkelanjutan. Tren global saat ini menunjukkan tingginya permintaan untuk narasi tekstil produk yang menawarkan konteks sejarah mendalam dan otentisitas terverifikasi, sebuah kontras nyata dengan anonimitas barang yang diproduksi massal (Miller, 2023).

Prof. Dr. Mukhtar Latif, MPd., seorang Tenaga Ahli Gubernur Jambi sekaligus Guru Besar UIN STS Jambi, menjelaskan bahwa platform digital kini berfungsi sebagai medium disruptif dan pasar global. “Pergeseran ini menuntut Batik harus memanfaatkan platform digital untuk mengomunikasikan bahasa visualnya yang kompleks dan integritas produksinya,” tegas Mukhtar. Langkah ini penting untuk menarik minat konsumen modern yang mencari kisah slow-fashion yang unik (Gere, 2024).

Secara konseptual, istilah “batik dunia” sering menggambarkan teknik pewarnaan tahan-celup (resist dyeing) di Asia dan Afrika. Namun, tradisi Indonesia mempertahankan standar estetika dan teknis global berkat proses canting dan malam (lilin) yang rumit, serta makna filosofisnya yang mendalam (Peacock, 2022).

​Setiap motif tradisional Jawa, seperti Kawung atau Sido Mukti, berfungsi sebagai kode visual atau sistem semiotik yang mendikte tatanan kosmologis dan status sosial. Kombinasi unik antara kompleksitas teknis dan kedalaman simbolis ini mengangkat Batik Indonesia melampaui sekadar pembuatan pola menjadi bentuk seni terapan tingkat tinggi (Barnes & Eicher, 2023). Apresiasi global saat ini tidak hanya tertuju pada keindahan motif, tetapi juga untuk otentisitas budaya yang tertanam dalam setiap goresan lilin (Picard, 2021).

Hakikat Batik di Indonesia terikat erat pada ritual budaya dan warisan spiritual, berfungsi sebagai simbol perjalanan hidup dan kesinambungan sosial. Perajin mewujudkan hakikat ini melalui beberapa elemen kunci:

Kerja Manual (Manual Labor): Proses hand-drawn yang teliti mencontohkan kesabaran dan presisi, menciptakan tautan meditatif antara perajin dan kain, memberikan nilai spiritual pada produk (Hobsbawm & Ranger, 2021).

​Warna Kosmik: Penggunaan pewarna alami, seperti nila dan cokelat soga, secara tradisional terkait dengan konsep metafisik dan keseimbangan unsur alam (Ingersoll & Kligman, 2024).

​Identitas Kultural: Batik bertindak sebagai dialek visual, segera mengidentifikasi asal regional pemakainya dan status sosialnya.

“Mempertahankan hakikat ini, keterkaitan asli dengan ritual, proses, dan makna, sangat penting karena otentisitas adalah komoditas paling berharga dalam domain digital yang sangat kompetitif,” jelas Mukhtar Latif.

Batik Jambi menawarkan narasi tandingan yang kuat terhadap gaya Jawa yang dominan, memposisikan dirinya sebagai calon kompetitor estetik global. Keunggulan kompetitif Batik Jambi terletak pada tiga faktor: narasi Melayu yang unik, palet warna yang cerah, dan motif naturalis yang khas (Fox, 2024).

Motif-motif seperti Kapal Karam, Durian Pecah, dan ikon Angso Duo terinspirasi oleh kekayaan flora, fauna, dan dinamika sejarah Kerajaan Melayu Jambi kuno (Wong, 2025). Motif Jambi cenderung lebih ekspresif, naturalis, dan berani secara visual, mencerminkan lingkungan tropis dan budaya perdagangan pesisir yang historis, berbeda dari motif filosofis geometris Jawa Tengah yang lebih tertahan (Lim, 224).

Untuk berhasil bersaing secara global, Batik Jambi harus menerapkan strategi digital multi-aspek:

​Penceritaan Digital Otentik: Membuat konten digital berkualitas tinggi yang menghubungkan motif Angso Duo langsung ke legenda Kerajaan Jambi, memberikan kedalaman naratif yang diminati konsumen global.

​Kolaborasi Estetika (Crossover): Melakukan kolaborasi strategis dengan desainer internasional. Ini bertujuan memperkenalkan estetika berani Jambi ke dalam lini fesyen kontemporer, menyeimbangkan tradisi (motif) dengan inovasi (potongan) (Wilson, 2023).

Transparansi dan Keberlanjutan: Menekankan sumber etis kerajinan dan penggunaan pewarna alami melalui transparansi digital, memanfaatkan permintaan global untuk pakaian warisan yang berkelanjutan (Clark, 2024).

Mukhtar Latif menyimpulkan bahwa Batik Jambi memiliki modal budaya dan keunikan estetika untuk berhasil di pasar global digital. “Langkah kuncinya adalah menerjemahkan narasi spiritual dan alamiah yang terlokalisasi ini secara strategis menjadi aset digital yang menarik. Dengan storytelling yang kuat dan presentasi visual yang menawan, Batik Jambi tidak hanya akan bersaing, tetapi juga memperkaya khazanah estetika dunia,” tutupnya. (Red)